Tidak ingat kapan persisnya, saya hanya ingat waktu itu, di sekolah, entah SD atau SMP. Suatu hari, teman sebangku saya membawa sebuah hakpen dan segulung benang wol lokal (yang biasa untuk prakarya sekolah). Dia bercerita bahwa neneknya sedang mengajarinya merajut (merenda/crochet). Saya bertanya, apakah dia mau mengajari saya, dan dia mau.
Saya belajar membuat rantai, double-crochet dan treble dari teman saya itu, tanpa mengetahui nama-nama dari tusukan tersebut. Lalu, saya mencoba membuat taplak bulat kecil yang sederhana, tapi, begitu waktu ujian tiba, semua itu terbengkalai. Ditambah lagi, kesabaran saya di masa itu masih jauh dari cukup, hingga membuat teman sebangku saya juga pusing mengajari saya.
Singkat cerita, sejak saat itu, saya tidak pernah merajut lagi, walaupun setiap kali 'berpapasan' dengan toko benang dan alat rajut, perasaan saya sering tergelitik untuk merajut lagi. Namun, saya tidak yakin, seberapa pandai sebenarnya saya..
Rasa penasaran itu akhirnya sampai juga pada puncaknya, saat tante saya mulai mengikuti kursus merajut di dekat rumah. Saat itu, saya masih sibuk dengan dua anak laki-laki saya yang masih kecil dan saya baru saja pindah rumah.
Saat saya melahirkan anak saya yang ketiga (satu-satunya yang perempuan), adik ipar saya yang baru lulus kuliah, mulai kursus merajut juga. Melihatnya merajut di rumah, saya benar-benar tergerak untuk merajut lagi. Akhirnya, saya ikut dengan adik ipar saya ke toko tempatnya kursus dan membeli segulung benang dan sebuah hakpen.
Saya merasa sangat senang, seperti berhasil mendapatkan sesuatu yang saya impikan bertahun-tahun. Untuk beberapa bulan, saya mencoba membuat kerajinan-kerajinan sederhana yang muncul dalam imajinasi saya. Kemudian, saya mulai ingin mencoba untuk membuat sesuatu yang bisa memotivasi saya untuk berkembang.
Menjelang putri saya berusia satu tahun, saya ingin sekali membuatkan sebuah baju Princess (long dress) untuknya. Sebagai langkah pertama, saya mencari pola baju bayi yang saya sukai. Saya belum pernah merajut menggunakan pola sebelumnya dan saya tidak tau cara membaca pola gambar. Setelah sekitar satu bulan mengarungi dunia maya, akhirnya, saya berhasil menemukan sebuah pola (tulisan) gratis di internet yang menurut saya, sangat cantik untuk jadi baju putri saya.
Sekarang, putri saya sudah berusia hampir dua tahun, dan saya sudah menyelesaikan cukup banyak karya rajutan di sela-sela jadwal keseharian saya. Saya juga sudah bisa membaca pola gambar dan sudah mulai belajar 'knitting' (breien). Namun, bagi saya, baju Princess yang saya rajut untuk 'Princess' saya itu adalah karya saya yang paling berkesan, karena dari baju itulah saya benar-benar termotivasi untuk terus merajut dan mengembangkan kemampuan merajut saya sampai sekarang.
Putri saya, Dinda, bersama ayahnya, mengenakan baju rajutan saya |